Selasa, 03 Januari 2012

Betapa Tidak Menariknya UNJ Sekarang


Memang sudah semestinya sebuah lembaga pendidikan terlebih sebuah universitas menjadi rahim-rahim produsen pencipta manusia-manusia unggul di zamannya dan dalam alam bangsanya. Universitas atau akrab dengan istilah kampus dari awal tujuan penciptaannya adalah ada dan untuk dapat menjadi katalisator dalam upaya menwujudkan cita pendirian bangsa ini yang termaktub dalam UUD 1945 alinea keempat yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Kampus juga diutopiakan dapat menjadi pusat upaya dalam melakukan kebaikan dan perbaikan bagi bangsa, serta upaya meningkatkan kesadaran dan penyadaran akan pentingnya penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara yang adil, makmur, dan sejahtera.
Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dalam sudut pandang sebagai kampus terlebih berlabel kampus negeri, kemudian sejarah panjang sejak pendiriannya yang akrab dengan dunia pendidikan, dan memang sengaja didesain untuk dapat mejadi lembaga pendidikan dengan core competence ilmu-ilmu kependidikan. Mengemban beban moral, tugas, dan amanah untuk dapat menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kerangka pembangunan dan peningkatan pendidikan di Indonesia.
Sebagai satu-satunya lembaga pendidikan tinggi negeri di Jakarta yang dipercayakan penuh oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga guru atau sarjana-sarjana pendidikan baik dari tingkat pendidikan anak usia dini hingga pendidikan menegah atas, UNJ dituntut dapat menjadi lembaga pendidikan tinggi yang benar-benar dapat menghasilkan output sarjana-sarjana pendidikan yang berkualitas secara intelektual, berdedikasi, berintegritas, dan bermoral tinggi. Maka dari itu proses pembinaan, pengajaran, dan pendidikan di lingkungan UNJ secara internal pun menjadi perhatian penting.
Kini para pimpinan UNJ dengan antusiasme membabi buta demi mengejar pamor UNJ menjadi World Class University banyak mengeluarkan kebijakan-kebijakan pembangunan yang hanya mementingkan aspek materil dan fisik saja, tidak pernah mempertimbangkan substansi pembangunan yang sesungguhnya. Mulailah muncul beragam kebijakan menaikkan biaya pendidikan dan operasional penunjang di lingkungan UNJ seperti biaya parkir, biaya wisuda, biaya sewa kantin, bahkan sampai pemotongan uang beasiswa, kegiatan mahasiswa dan pemotongan dana penelitian. Analogi sederhana UNJ ibarat bayi kecil yang baru saja belajar berjalan namun sudah dipaksa untuk dapat berlari, akibatnya mahasiswa yang menjadi korban dan unsur eksploitasi mahasiswa terlihat di segala aspek kebijakan.
Sekarang tidak hanya dipandang dari sudut pandang mahasiswa dan analisis orang awam, bahkan analisis guru-guru besar UNJ sendiri menyatakan bahwa UNJ sekarang telah menyimpang dari tujuan pendiriannya. Meminjam pernyataan Prof. HAR Tilaar salah satu guru besar UNJ, World class university bukanlah ketika universitas kita mampu bersaing dengan universitas-universitas di negara lain. Tapi istilah world class university adalah jika universitas mampu memecahkan permasalahan masyarakatnya serta mampu mengolah kekayaan alam dan kebudayaan nasionalnya.
UNJ sekarang tidak jauh berbeda seperti perusahaan yang bergerak di bidang pendidikan atau universitas swasta. Dengan unsur komersialisasi pendidikan yang kental, kini pendidikan di UNJ telah menjadi komoditas bisnis. Sekarang semakin sulit akses rakyat miskin menegah ke bawah untuk dapat mengenyam pendidikan tinggi di UNJ. Fakta ini pun dirasa telah menciderai UUD 1945 pasal 31 bahwa pendidikan adalah HAK untuk seluruh warga negara Indonesia. Dan juga telah menciderai butir kelima pancasila, landasan idiil negara Indonesia yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, karena pendidikan sejatinya juga merupakan hak-hak sosial.
Sekarang mungkin pimpinan-pimpinan UNJ sedang memainkan permainannya, terlebih karena usia jabatannya yang sebentar lagi hampir usai menjelang pemilihan rektor kembali pada 16 maret 2013 nanti. Dan pimpinan yang saat ini sedang berkuasa tidak dapat isa Zduduk kembali di bangku pimpinan UNJ selanjutnya karena telah 2 periode menjabat. Sehingga Bagaimana pendapat pembaca mengenai senat UNJ yang berfungsi sebagai eksekutif dan legislatif pada tataran birokrat UNJ dipimpin oleh rektor itu sendiri? Bayangkan dia yang bekerja dan dia pula yang mengawasi sendiri, tentulah fungsi cek dan balance kekuasaan tidak akan berjalan. Dan akibatnya seperti UNJ sekarang ini, kebijakan yang sewenang-wenang dan rawan akan unsur penyelewengan wewenang.
Di tengah euforia naiknya biaya mahasiswa baru dan naiknya biaya wisuda, naiknya biaya parkir, naiknya biaya sewa kantin sehingga makanan dan minuman menjadi semakin mahal, serta naik nya biaya-biaya tetek bengek. Pimpinan-pimpinan UNJ justru mendapat mobil mewah baru, pak rektor yang terhormat itu mendapat 1 unit Toyota Camry seharga 700 juta-an dan 7 dekan setiap fakultas yang ada di lingkungan UNJ masing-masing mendapatkan 1 unit Toyota New Kijang Innova seharga 200 juta-an. Ditengah kondisi mahasiswa yang semakin sulit dan menderita namun pimpinan-pimpinan UNJ justru berada pada kondisi yang sebaliknya.
A description...
Semakin hari semakin aneh-aneh saja kebijakan kampus dalam mengatur kehidupan berkampus. Selain itu dosen pun kini juga semakin malas untuk mengajar dan lebih mementingkan proyek di luar yang lebih menjanjikan profit dibandingkan dengan tetap idealis ada di UNJ yang pimpinannya selalu menyunat dana penelitian untuk dosen dan mahasiswa sehingga penelitian di UNJ kini merupakan hal yang harus dikeranda mayatkan, karena tidak ada dana yang cukup untuk menggerakkan.
Sebagai mahasiswa UNJ atau orang awam yang mengamati UNJ, hal yang paling memalukan bagi UNJ yang berlabel kampus negeri, kampus pendidikan, kampus eks-IKIP, adalah ketika ramai media massa menyebutkan bahwa UNJ termasuk salah satu lembaga yang menerima aliran dana kasus suap Muhammad Nazaruddin, mantan bendahara umum partai Demokrat yang sekaligus anggota dewan itu. Bagaimana pendapat pembaca, kampus negeri, kampus pendidikan yang notabene pencetak calon-calon guru di masa mendatang turut terlibat dalam aliran dana skandal korupsi?
“Dengan Hutan Kami Membangun, Dengan Dana Korupsi Kami Mengeksploitasi Kampus”, sepertinya ini lah tag line yang tepat untuk mengambarkan apa yang sudah dilaksanakan pimpinan-pimpinan UNJ selama ini. Berangkat dari sebuah kegelisahan atas kondisi yang ada, maka patutlah muncul pernyataan “Betapa tidak menariknya UNJ sekarang”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar