Rabu, 04 Januari 2012

Pelatihan Pembuatan Briket Tempurung Kelapa Bagi Mahasiswa Universitasn Negeri Jakarta dan Pelajar SMA/SMK di Kelurahan Rawamangun, Jakarta Timur


A. Judul Program
Judul program ini adalah Pelatihan Pembuatan Briket Tempurung Kelapa Bagi Mahasiswa Universitasn Negeri Jakarta dan Pelajar SMA/SMK di Kelurahan Rawamangun, Jakarta Timur.

B. Latar Belakang Masalah
Sampah merupakan hal yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia baik modern, maupun tradisional. Sampah merupakan residu dari hasil proses kehidupan manusia, seiring dengan berkembang pesatnya populasi manusia di seluruh dunia yang bertambah populasinya dari tahun ke tahun secara deret ukur, sedangkan bumi tetap luasnya hanya seluas itu dari dulu hingga sekarang. Mengakibatkan membludaknya sampah dan tidak tertanggulanginya sampah secara baik dan benar.
Keterbatasan lahan sekarang ini untuk nantinya dijadikan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) semakin membuat kacau pengelolaan sampah sehingga semakin banyak sampah-sampah yang dibuang ke sungai, danau, dan lain-lain sehingga merusak lingkungan serta menimbulkan berbagai macam permasalahan lainnya.
Kini selain sampah yang menjadi sumber masalah bagi kehidupan sebagian besar manusia, masalah krisis energi terutama akan energi-energi fosil seperti minyak bumi dan batubara, juga menjadi masalah-masalah primer yang harus segera dipecahkan agar manusia tetap dapat menjalankan kehidupannya secara normal.
Ketersediaan energi fosil yang makin langka di Indonesia mendorong pemerintah untuk mencari sumber energi alternatif. Jumlah sampah organik yang melimpah serta penanganannya yang masih sederhana, mendorong timbulnya suatu pemikiran baru untuk meningkatkan nilai gunanya. Sampah organik yang digunakan sebagai bahan bakar berupa briket lebih bersifat ramah lingkungan dibandingkan dengan briket batubara (Christyanto, 2008).
British Petroleum (BP), 2005, menyatakan bahwa 47,5 % kebutuhan energi di Indonesia dipenuhi oleh bahan bakar minyak. Jumlah ini setara dengan 55,3 juta ton minyak bumi, sehingga pemerintah diperkirakan akan mengalami kerugian subsidi sebesar 93 triliun rupiah. Untuk rumah tangga sebagian besar kebutuhan energinya masih mengandalkan minyak dan gas elpiji. Saat ini saja, cadangan minyak bumi Indonesia tinggal 1 % dan gas bumi hanya 1,4 % dari total cadangan minyak dan gas bumi dunia, sedangkan cadangan batubara hanya 3 % dari cadangan batubara dunia. Dari data tersebut dapat diperkirakan beberapa tahun lagi, Indonesia akan menjadi pengimpor penuh minyak bumi (net oil importer). Oleh karena itu, usaha untuk mencari bahan bakar alternatif yang dapat diperbarui (renewable), ramah lingkungan, dan bernilai ekonomis, semakin banyak dilakukan.
Rawamangun merupakan daerah perkotaan padat penduduk yang sebagian besar wilayahnya dijadikan areal pemukiman, pusat perbelanjaan maupun perkantoran. Mata pencaharian masyarakat Rawamangun didominasi oleh buruh dan pedagang kecil yang sebagian besar tingkat pendidikannya adalah lulusan SMA. Tingkat volume sampah yang dihasilkan di daerah tersebut tergolong tinggi baik dari sampah rumah tangga maupun sampah pasar tradisional. Sampah yang dihasilkan sangat beragam mulai dari sampah organik maupun anorganik.
Kebanyakan sampah anorganik ditampung oleh pabrik-pabrik besar di sekitar pinggiran Rawamangun untuk kemudian dijadikan produk kembali, dan sampah organik seperti tempurung kelapa sampai saat ini hanya dibakar atau dibuang begitu saja di pinggir jalan dan di bantaran sungai yang ada. Hal ini menimbulkan banyak permasalahan mulai dari bau yang tidak sedap, lingkungan yang kotor dan tidak enak dipandang serta bahkan sampai menimbulkan banjir di kala musim penghujan datang karena sungai tersendat oleh sampah-sampah tersebut. Selain itu fenomena menumpuknya sampah organik ini terutama tempurung kelapa juga menimbulkan berbagai macam penyakit yang membahayakan kesehatan penduduk sekitar, karena sampah organik ini sangat cepat membusuk dan paling penanganan yang dilakukan oleh penduduk sekitar hanya dengan membakar sampah-sampah tersebut sehingga menghasilkan udara yang sangat tidak sehat selain ditambah karena faktor polusi udara dari asap kendaraan bermotor dan pabrik.
Kemudian akhir-akhir ini ditambah lagi dengan masalah melambung tingginya harga bahan bakar minyak (energi fosil) yang merupakan sumber energi utama masyarakat Rawamangun dalam melaksanakan kehidupannya sehari-hari sehingga kehidupan masyarakat Rawamangun semakin sulit dan semakin mahal biayanya sedangkan penghasilan mereka tidak bertambah. Dan selain itu Rawamangun juga merupakan salah satu daerah yang terdapat sekolah mulai dari sekolah dasar sampai sekolah tinggi baik swasta maupun negeri, hal ini mengakibatkan Rawamangun menjadi tempat berkumpulnya banyak pelajar dan mahasiswa dari berbagai daerah untuk meneruskan tingkat pendidikannya. Namun banyak mahasiswa dan pelajar di daerah Rawamangun umumnya belum memiliki kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar, padahal tujuan dari penyelenggaraan pendidikan sendiri adalah untuk dapat menyelesaikan permasalahan di dalam masyarakat seperti yang termaktub pada tri dharma perguruan tinggi dan UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003.
Jika tidak mendapatkan perhatian khusus, maka tingkat kesejahteraan sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, terutama pendidikan akan terancam serta akan muncul berbagai kesenjangan. Program pemerintah dalam hal pemerataan dari segala sektor pun terhambat. Masalah tersebut harus segera ditangani secara profesional dan bijaksana tanpa memaksakan atau mengubah norma-norma yang telah tertanam dalam masyarakat Rawamangun.
Salah satu solusinya adalah dengan cara melakukan pengabdian masyarakat melalui bidang pendidikan yang tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada, contohnya pelatihan pembuatan briket tempurung kelapa. Pengabdian masyarakat ini bertujuan utama untuk merangsang elemen masyarakat di daerah Rawamangun seperti mahasiswa dan pelajar untuk turut berperan aktif dalam menuntaskan segala permasalahan yang terjadi disekitarnya, kemudian pelatihan ini selain tidak mengubah kebudayaan yang ada, juga mampu memberikan tingkat pengetahuan modern berupa sumber energi alternatif lain pengganti bahan bakar minyak yang saat ini menjadi sumber energi utama masyarakat Rawamangun.
Proses pengabdian masyarakat ini menjadi lebih berharga karena didukung oleh kemampuan ketersediaan bahan baku pembuatannya, seperti sampah organik (terutama tempurung kelapa). Tempurung kelapa yang tadinya hanya menjadi sampah yang menimbulkan berbagai masalah negatif, kini tempurung kelapa bisa dijadikan bahan baku pembuatan briket bahan bakar atau dalam istilah ilmiahnya disebut briket arang. Briket Tempurung Kelapa tersebut di mata dunia memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi karena merupakan energi terbarukan (renewable energi) yang dapat memecahkan masalah krisis energi fosil sehingga harga BBM begitu mahal, kemudian masalah isu perubahan iklim dan lingkungan atau global warming. Jika kemampuan tersebut dikembangkan menjadi sebuah usaha berskala industri rumah tangga maka tingkat pendapatan penduduk tersebut akan meningkat. Secara tidak langsung menambah nilai pertumbuhan ekonomi pemerintah juga. Selain itu, tingkat kesejahteraan, pendidikan, maupun kesehatan pun akan ikut meningkat sejalan dengan meningkatnya pendapatan.

C. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah Pelatihan Pembuatan Briket Tempurung Kelapa dapat menjadi  merangsang kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan dan permasalahan alternatif energi bagi mahasiswa dan pelajar SMA/SMK di Kelurahan Rawamangun, Jakarta Timur.”

D. Tujuan Program
Tujuan pelaksanaan program ini adalah:
1.      Memperkenalkan pembuatan briket tempurung kelapa.
2.      Mengurangi limbah rumah tangga, pasar tradisional, dan usaha pedagang kaki lima.
3.      Memberikan skill baru bagi masyarakat khususnya mahasiswa dan pelajar SMA/SMK Kelurahan Rawamangun Kecamatan Pulogadung Kotamadya Jakarta Timur.

E. Luaran Yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari pelaksanaan program ini adalah:
1.      Pelatihan dapat menghasilkan produk berupa briket tempurung kelapa.
2.      Pemahaman masyarakat khususnya mahasiswa dan pelajar SMA/SMK tentang pengolahan dan pemanfaatan limbah atau sampah tempurung kelapa untuk membuat briket tempurung kelapa.
3.      Timbul kesadaran dan kepedulian mahasiswa dan pelajar SMA/SMK di kelurahan Rawamangun, terhadap kondisi lingkungan dan permasalaham masyarakat sekitar khususnya masalah sumber energi alternatif pengganti energi fosil yang kini mahal harganya.

F. Kegunaan Program
Kegunaan program pelatihan ini adalah:
1.      Masyarakat khusunya mahasiswa dan pelajar SMA/SMK mampu memproduksi dan menggunakan briket tempurung kelapa dalam kehidupan sehari – hari.
2.      Mayarakat khususnya mahasiswa dan pelajar dapat berperan serta dalam mengurangi limbah atau sampah rumah tangga dan pasar tradisional yang dihasilkan oleh penduduk sekitar.
3.      Mendorong terciptanya lapangan kerja baru.
4.      Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5.      Merangsang kesadaran mahasiswa dan pelajar SMA/SMK di sekitar kelurahan Rawamangun untuk turut perduli terhadap lingkungan dan permasalahan masyarakat sekitar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar