BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hidrogen
merupakan energi memiliki banyak kelebihan.Diantaranya adalah ringan, tersedia
melimpah di alam, ramah lingkungan, serta dapat diperbaharui.Sifat hidrogen sangat
reaktif, mudah terbakar dan meledak.
Oleh karena itu masalah penyimpanannya
menjadi persoalan yang perlu dpehatikan. Beberapa alternatif penyimpanan yang
sudah dilakukan diantaranya adalah dengan mengompres di dalam tabung, (compressed
hydrogen gas / CHG), hidrida logam (metal hydride), hidrogen cair
dalam tangki, karbon penyerap hidrogen, dan di dalam ammonia[1].
Tabel 1. Hasil
penelitian paduan magnesium sebagai penerap hidrogen[1]
No
|
Nama peneliti
|
Bahan
|
Metode pembuatan
|
Hasil
|
keterangan
|
1
|
Shin-ichi
Orimo
|
Mg-Ni
|
MA
|
1,6 wt %, 448K
|
1998
|
2
|
K. Ikeda
|
Co
, Cu
substitution on MgNi
|
-MA
dari
Mg2Ni + Co dan Cu
|
RT,
1.25 wt % utk Co
RT, 1.2 wt % utk Cu
|
1998
|
3
|
K.Yamamo
To
|
MgNi
|
-MA
|
0.005-3 Mpa, 473K, 1.45 wt %
|
1999
|
4
|
JLBobet
|
Mg-M
(Co, Ni,
Fe)
|
-RMA
|
Mg-Co, 350°C, 1.1MPa, 5wt %
|
2001
|
5
|
N.
Terrasita
|
(Mg1-xCax)Ni2
|
-melt
|
313K, 3.5MPa, 1.4 wt% (H/M~0.7)
|
2001
|
6
|
Liquan Li,
|
Mg2Ni
|
-Hydriding
combustion
|
579-623K, 1.1MPa, 3.4-3.6 wt %
|
2001
|
7
|
Huabin
Yang,
|
Mg2Ni0.75Co0.25
|
-
BM
diffusion
- 0.06 M NH4F
|
250°C,
H/M =1.18
|
2000
|
8
|
T. Spassov
|
Mg1.9M0.1Ni
(M=Ti, Zr, V)
|
MA
|
250°C, 0.015 MPa, 3,0 wt %
|
2003
|
9
|
Hai-Liang
Chu
|
Mg2Co
|
MA
|
80°C,
3 MPa, 2,1 wt %
|
2006
|
10
|
Hai-Liang
Chu
|
Mg45Ni5Co50
|
MA
|
80°C,
3 MPa, 1,7 wt %
|
2006
|
11
|
L.Xie
|
Mg2Ni
|
HPMR
|
300°C,
4MPa, 2,6 wt%
|
2007
|
12
|
L.Xie
|
Mg2Ni0.90Co0.1
|
HPMR
|
300°C,
4MPa, 2,6 wt%
|
2007
|
13
|
I. Gonzalez
|
Mg2Co
|
MA
|
425°C, 5,9MPa, 4,0wt%
|
2008
|
Mayoritas hidrogen saat ini diproduksi dari bahan
bakar fosil, baik melalui prosesreforming minyak bumi, gas alam, maupun
gasifikasi batubara. Reaktor nuklir merupakansarana terbaik untuk memproduksi
hidrogen secara ekonomis karena tidak menggunakan bahandasar fosil tetapi dari
air yang dipecah (water splitting) maupun diproses secara kimia
yangdikenal sebagai siklus sulfur-iodida dan siklus hibrida[2].
Hidrogen
merupakan sarana ideal untuk media simpan, transpor dan konversi energy dengan tujuan untuk pengembangan konsep energi bersih
serta bebas emisi[2].Pengoperasian dalam transportasi membutuhkan
penyinpan hidrogen yang effektif yang
meliputi:
·
laju kinetic yang cepat (cepat mendapat dan
melepas)
·
kapasitas penyimpan yang tinggi
·
transfer panas yang effektif
·
beratnya ringan dan volum jenisnya
tinggi
·
siklus kehidupan yang panjang untuk
absorsi dan depsorsi hidrogen[3].
Perbandingankapasitas penyimpanan
dari berbagai metode ditampilkan pada Tabel 1.1.
Tabel
2.kapasitas hidrogen pada berbagai metode
penyimpanan[1]
Storage
methode
|
Hydrogen
capacity
|
Energy
capacity
|
Possible application
Areas
|
Gaseous 2
|
11.3 wt%
|
5.0 kW/kg
|
TR, CHP
|
Liquid H2
|
25.9 wt%
|
13.8 kW/kg
|
TR
|
Metal hydride
|
~2 - 5.5 wt%
|
0.8 – 2.3
kW/kg
|
PO, TR
|
Activated
Carbon
|
5.2 wt%
|
2.2 kW/kg
|
-
|
Zeolites
|
0.8 wt%
|
0.3 kW/kg
|
-
|
Nanotubes
|
4.2 - 7 wt%
|
1.7 – 3.0
kW/kg
|
PO, TR
|
Fullerenes
|
~6 wt%
|
2.5 kW/kg
|
PO,
TR
|
Chemical
|
8.9 – 15.1 wt%
|
3.8 – 7.0
kW/kg
|
All
|
Magnesium merupakan kandidat untuk media on-board
storage hidrogen dalam bentuk padat
karena material ini mampu menampung hidrogen sebesar 7,6% berat logam[1,6].
Pada penelitian sebelumnya, hasil hidriding
serbuk magnesium ukuran partikel <0,3 mm dan<60 μm hanya mampu
menyerap hidrogen sebesar 0,071% berat logam, karena permukaan partikel logam dipenuhi oleh
oksigen[2].
Secara
eksperiment telah ditemukan bahwa partikel yang lebih besar dari 75 μm,
dalam proses hidriding
menjadi sangat lambat ketika sekitar 30% dari sampel telah berubah menjadi MgH2
dan pada akhirnya partikel tidak berakasi dengan inti logam magnesium[3].
Unsur
katalis seperti grafit, logam transisi, logam transisi oksida serta nitrit
bermanfaat dalam mengatur disosiasi molekul hidrogen, difusi atom hidrogen
kedalam lapisan magnesium, dan hydride nukleasi. Selama partikel dihasilkan melalui milling area permukaan lebih fresh, dan
tempat aktif untuk memberikan jalan mudah dalam proses difusi hidrogen[11].
Penambahan unsur katalis pun pernah dicoba pada penelitian sebelumnya. Dari hasil percobaan didapat pola
diffraksi sinar-x yang menyatakan komposisi dari komponen grafit selama proses
milling. Terdapat perbedaan degradasi yang signifikan antara percampuran magnesium grafit(Mg/Cg) dengan
dan tanpa zat adiktif. Dan hasil Spektroskopi Raman pun membuktikan
hasil dari mekanikal milling; struktur degradasi dari campuran grafit dengan penambahan benzena (Mg/Cg)Benzena dominan terjadi pada
perpecahan kisi grafit. Sedangkan pada grafit tanpa penambahan benzena(Mg/Cg)none tidak selalu terdapat kerusakan[9].
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadi Suwarno dan kawan-kawan menyatakan bahwasintesis paduan hidrida logam pada awalnya
dilakukan dengan metoda kering (dry method), dimana dua unsur dengan
perbandingan stoikiometri tertentu dicampur dalam sebuah vial dalam suasana
argon, kemudian di-milling dengan waktu tertentu. Namun, hasil yang
diperoleh ternyata masih ada oksigen yang terjebak di dalam vial tersebut
walaupun preparasi sampel berada di dalam glove
box pada lingkunganargon. Magnesium merupakan bahan logam yang sangat
reaktif dan sangat sensitif dengan kehadiran oksigen, sehingga magnesium ini
sangat mudah berikatan dengan oksigen membentuk MgO. Dan senyawa MgO ini sangat
tidak diinginkan kehadirannya. Untuk melindungi campuran tersebut agar
tidakberinteraksi dengan oksigen, makaHadi Suwarno dan kawan-kawanmenambahkan zat adiktif yaitu toluena ke dalam campuran sehingga proses milling dilakukan dalam kondisi
bercampur dengan toluen. Metode ini disebut dengan metode basah (wet method).[12]
B. Identifikasi Masalah
Dari
latar belakang diatas dapat
diambil beberapa masalah yaitu:
- Berapakah
tekanan yang efektif agar penyerapan hidrogen ke MgH2optimal?
- Apakah
variasi berat magnesium grafit (Mg/Cg) berpengaruh terhadap sifat penyimpanaan
hidrogen?
- Berapakah
waktu yang dibutuhkan oleh ball milling untuk membuat campuran magnesium
grafit (Mg/Cg)
berukuran nano?
- Berapakah
temperature yang dibutuhkan untuk proses absorpsi dan desorpsi hidrogen?
- Apakah
toluene berpengaruh signifikan terhadap perubahan struktur magnesium
grafit (Mg/Cg)?
6. Apakah
variasi berat ball milling mampu meningkatkan sifat penyimpanan hidrogenpada campuran
antara Magnesium dan grafit?
- Bahan
katalis apa yang paling baik sebagai katalis magnesium hydride (MgH2)?
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah diatas maka dapat
diambil beberapa masalah:
- Apakah
variasi berat magnesium grafit (Mg/Cg) berpengaruh terhadap sifat
penyimpanaan hidrogen?
- Apakah
toluen berpengaruh signifikan terhadap perubahan struktur magnesium grafit
(Mg/Cg)?
D. Tujuan Penelitian
1
Mengetahui pengaruh sifat penyimpanan
hidrogen pada campuran magnesium grafit (Mg/Cg) yang dimilling dengan menambahkan toluene.
2
Menganalisis perbandingan berat (wt%)
antara magnesium dan grafit pada komposit Mg/Cg terhadap kapasitas penyimpan hidrogen.
3
Dapat melihat komparasi sifat
penyimpanan hydrogen antara
campuran magnesiumdengan grafit dan magnesium dengan katalis lain
4
Mengetahi temperatur yang dibutuhkan
untuk proses absopsi dan desopsi hidrogen pada campuran magnesium grafit (Mg/Cg)
dengan ditambahkan toluena
5
Mengetahui sifat penyimpanan hidrogen
dengan XRD, DTA, dan SEM
E. Manfaat Penelitian
Manfaat
dari penelitian ini adalah:
1
Dihasilkan hydrogen storage berbahan Mg/Cg pada
hydrogen.
2
Dapat mengetahui proses fisika dan
kimia pada hydrogen storage.
3
Dapat mengetahui proses fisika dan kimia
pada proses penyimpanan hydrogen.
4
Dapat mengetahui pengaruh penambahan zat
adiktif (toluena) pada proses penghalusan Mg.
5
Penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi bagi penelitian hidrogen
storage khususnya
paduan magnesium grafit(Mg/Cg)
kedepannya.
saya Vivi Zulaicha, mahasiswa magister kimia ITB 2015, saya sangat tertarik dengan artikel anda.
BalasHapusapakah anda melakukan research tentang material penyimpan hidrogen?